Beberapa hari
yang lalu guru bahasa Inggrisku memberi tugas membuat komik Popry secara
berkelompok. Popry berasal dari kata ‘’popped rice’’ yang artinya beras yang
digembungkan atau biasa disebut bipang (makanan khas kotaku). Popry adalah
maskot yang diciptakan oleh murid kelasku yang kepalanya berbentuk butiran
bipang .Dan hari ini tugas itu harus dikumpulkan. Ketika sampai dikelas, Linda salah satu
anggota kelompokku menegurku ‘’Lihat hasilnya dongg.’’ Dengan santainya aku
merogoh-rogoh tasku untuk mengambil komik milik kelompok kami, dan ternyata
NIHIL!! ‘’Waduhh Lin nggak ada,’’ ucapku panik. ‘’jangan bercanda’’, Linda tak
percaya. ‘’Sumpah! oh iyaa tugasnya ada di atas lemari, lupa nggak aku masukkan
ke tas.’’
Pikiranku
mulai kacau membayangkan hukuman apa yang akan diberikan oleh guru bahasa
Inggrisku. Betapa jengkelnya aku mengingat kami lembur berhari-hari mengarang
cerita, merangkai kata-kata, sampai menggambar karakter komik itu sepulang
sekolah sampai maghrib tiba. Belum lagi semalam pukul 10 aku mati-matian
menahan lelah demi pergi ke rental untuk mencetaknya. Dan ternyata kutinggalkan begitu saja komik
itu. Kenapa kecerobohanku ini kambuh di saat genting seperti ini. Tapi
untunglah teman-temanku pengertian.
‘’Ke rental
aja bareng anak-anak yang belum ngeprint,’’ usul Dita. Sahabat sekaligus teman
sekelompokku itu sedikit melegakanku. Ternyata beberapa kelompok lain sama
sekali belum mencetak tugasnya.
‘’Rugi kemarin
udah habis banyak, gimana kalau ijin pulang sebentar?’’
‘’Ya terserah sih, tapi nanti aja sebentar
lagi jam bahasa Inggris mulai’’
Bel ganti
pelajaran berbunyi dan artinya ‘jam bahasa Inggris pun tiba’. Seperti biasa,
jantungku berdetak kencang saat guru bahasa Inggrisku itu masuk kelasku. Tapi
saat ini rasanya lebih tidak beraturan. Saat salah satu kelompok maju untuk
mengumpulkan tugasnya, guruku itu marah-marah karena ada kesalahan pada pencetakannya.
Apalagi saat mendengar laporan bahwa beberapa kelompok belum siap mengumpulkan.
Sebelum keluar kelas beliau berpesan agar tugasnya dikumpulkan hari ini juga
bagaimanapun caranya.
Aku dan
kelompokku mulai mengatur strategi untuk memecahkan masalah ini . Keputusannya
aku dan Nana ke rumahku untuk mengambil komik itu. Kami berdua bergegas menuju
gerbang sekolah. ‘’Pak kami pulang sebentar mau ambil tugas, boleh ?’’ ijinku pada
satpam sekolan. ‘’Boleh, asal ijin dulu ke BK.’’ Hmmmm IJIN BK sama dengan
MASALAH, pasti nanti dapat ceramah dari guru BK dulu, batinku. ‘’Hmmm, yasudah saya ke kelas dulu pak.’’
Beberapa saat
kemudian kami kembali lagi ke gerbang. Untung kelasku berada di bagian depan,
jadi tenaga kami tidak begitu surut karena mondar-mandir. Dan tentu saja kami
ijin dengan alasan berbeda. ‘’Pak nggak jadi pulangnya, saya ke rental itu aja
ya,’’ kataku sambil menunjuk rental dekat sekolahku. ‘’Oke, jangan lama-lama yaa.’’
Pak satpam menyetujui. ‘’Makasih pakk.’’
Beberapa meter
setelah meninggalkan sekolah......
‘’Pak pak
becak pak,’’ panggilku kepada seorang tukang becak yang kebetulan lewat .
Setelah aku dan Nana naik, pak becak mulai mengayuh. Sepanjang perjalanan aku dan Nana memanjatkan
puja dan puji syukur karena beberapa langkah lagi tugas akan berada di tangan
meskipun dengan jalan berbohong.
Di tengah
perjalanan Nana bilang ada kepala sekolah di seberang jalan. Mukaku memucat dan
langsung panik, bagaimana kalau kita sampai ketahuan kabur dari sekolah. Tapi
Nana segera menjelaskan bahwa yang dimaksudnya adalah kepala sekolah SD-nya.
Memang nama kepala sekolah SD Nana sama
dengan nama kepala sekolah kami. Syukurlaahh...
Sesampai di
rumah cepat-cepat aku mengambil komik sial itu karena khawatir jika satpam
sekolahku curiga kami tidak kunjung kembali. Kemudian kami kembali ke sekolah
naik becak yang sama. Sepanjang perjalanan kembali tak henti-hentinya kami
bersyukur lagi.
Kami menyuruh
pak becak berhenti di tempat kami naik tadi karena takut ketahuan jika kami
turun terlalu dekat dengan sekolah. Setelah menyerahkan selembar sepuluh ribuan
kepada pak becak, kami berjalan menuju ke sekolah dengan perasaan riang gembira
.
Sesampainya di
kelas aku mengipas-ngipas komik itu di
hadapan Dita dan Linda. ‘’waah akhirnyaaaa’’, ‘’gimana tadi ?’’ tanya Linda dan
Dita menyerbu. ‘’panjaaaaaaaang,’’ jawabku.
Beberapa saat
kemudian salah satu temanku membawa sebuah berita bahwa guru bahasa Inggrisku
memberi kesempatan terakhir mengumpulkan besok. Ya Tuhaaaan jadi perjuangan
kami tadi percuma. Meski demikian kami mengumpulkan tugas kami hari ini juga.
Memang sesuatu
yang didapatkan dengan curang tidak akan mendapatkan barokah, seperti
kecurangan yang baru saja kulakukan.
#dikutip dari tugas Bahasa Indonesia membuat cerpen pengalaman pribadi kelas X semester 2 :D